Lagi iseng-iseng baca majalah, gue baca tulisan yang menurut gue keren dan kayaknya “ngena” gitu. Nih gue tulis lagi di blog gue, siapa tau kalian mau baca juga.
Ditulis oleh Alin Imani, Mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris, UIN Sunan Gunung Djati, 2009. (dikutip dari majalah Janna, November 2012)
Menaruh Sesuatu pada Tempatnya
Ada satu kebiasaan umum orang di dunia. Semua orang di sini
bermakna segeneral-generalnya. Kaya atau muda, semuanya pasti punya kebiasaan
ini. Satu kebiasaan itu bernama ‘menaruh sesuatu pada tempatnya’.
Dan kenapa seseorang menaruh sesuatu pada tempatnya? Jelas,
karena mereka ingin mengambil lagi sesuatu itu dan nggak mau kehilangan. Mereka
nggak mau kehilangan hal itu karena mereka membutuhkannya. Kata ‘membuang’ juga
akhirnya jadi nggak punya kepemilikan. Karena, bila sampah selalu diidentikan
dengan kata itu, seharusnya gak ada pemulung. Ya, bahkan sampah juga punya
tempat.
Tingkat keterbutuhan benda juga macam-macam jenisnya. Ada
yang penting dan ada yang gak penting. Hal yang nggak penting biasanya kita
taruh sembarangan, dan ketika hal itu hilang juga no worries. Excusesnya bisa
beli lagi atau “Ah nggak penting ini.” Lalu, bagaimana dengan hal yang penting?
Jelas, karena dia penting, maka, dia akan ditaruh di tempat yang bisa dia lihat
selalu. Biar apa? Ya biar nyarinya gampang. Nggak peduli kapan dibutuhkannya,
beberapa tahun kemudian mungkin misalnya. Hal yang penting tadi akan disimpan
di tempat yang selalu dia lihat agar mereka bisa ngambil itu ketika
membutuhkannya lagi.
Pertanyaan selanjutnya, apakah barang yang penting buatmu?
Sehingga kamu bisa ambil dia setiap saat dan nggak pernah mau kehilangan? Kalo
pribadi sih gunting kuku. Di kamar, aku taruh gunti kuku itu dekat rak bukudi
temapt alat tulis. Lagi butuh atau tidak, aku akan selalu liat gunting kuku
itu. Lumayanlah, sudah beberapa tahun nggak ilang. Karena, percaya atau tidak,
barang dan pemiliknya akan punya chemistry atau hado ketika kita sudah lama
bersamanya dan mengurusnya dengan baik. Mangkanya banyak kejadian, orang
gelisah dan nggak bisa tidur ketika misalnya, selimut kesayangannya lupa dibawa
ketika pergi ke suatu tempat.
Lalu, bagaimana dengan orang-orang yang dulu sempat kamu
anggap penting dan selalu kamu ‘taruh’ di tempat yang mudah terlihat? Apakah
akan terus berada disana ketika ada orang lain yang sudah kamu pilih untuk
menggantikan tempatnya? Atau akan kamu simpan disana terus karena merasa akan
membutuhkannya suatu hari?
Manusia, sayangnya, jangan pernah disamakan dengan gunting
kuku. Konstruksi batin manusia lebih rumit dari apapun di dunia ini. Jangan pernah
memaksakan perasaan manusia dengan apapun pokoknya. Walaupun kita berbagi
kesamaan gen 75 persen dengan cacing dan 97 persen dengan orangutan, tetap,
yang tiga persen itu yang bikin manusia paling susah merekonstruksi batinnya
sendiri (Partikel, Dee).
So, please, do not ever play with human feelings. Ever.
Mangkanya penting itu namanya menjaga perasaan orang lain. Pernah
denger orang sakit hati bertahun-tahun sama orang sampai yang dibenci ini akhirnya
sakit? Banyak itu. Perlakuan buruk kita di hari-hari yang lalu itu investasi
balasan di hari kedepan. That’s why kita harus jaga silaturahmi.
So, then, do not ever replace the thing that you still need
even that thing hurt you. Percaya deh, emosi dan pendeknya pikiran adalah
alasan utama mengapa banyak orang menyesal dalam hidupnya.
No comments:
Post a Comment