Friday 7 February 2014

Menaruh Sesuatu pada Tempatnya

Lagi iseng-iseng baca majalah, gue baca tulisan yang menurut gue keren dan kayaknya “ngena” gitu. Nih gue tulis lagi di blog gue, siapa tau kalian mau baca juga.

Ditulis oleh Alin Imani, Mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris, UIN Sunan Gunung Djati, 2009. (dikutip dari majalah Janna, November 2012)




Menaruh Sesuatu pada Tempatnya

Ada satu kebiasaan umum orang di dunia. Semua orang di sini bermakna segeneral-generalnya. Kaya atau muda, semuanya pasti punya kebiasaan ini. Satu kebiasaan itu bernama ‘menaruh sesuatu pada tempatnya’.
Dan kenapa seseorang menaruh sesuatu pada tempatnya? Jelas, karena mereka ingin mengambil lagi sesuatu itu dan nggak mau kehilangan. Mereka nggak mau kehilangan hal itu karena mereka membutuhkannya. Kata ‘membuang’ juga akhirnya jadi nggak punya kepemilikan. Karena, bila sampah selalu diidentikan dengan kata itu, seharusnya gak ada pemulung. Ya, bahkan sampah juga punya tempat.

Tingkat keterbutuhan benda juga macam-macam jenisnya. Ada yang penting dan ada yang gak penting. Hal yang nggak penting biasanya kita taruh sembarangan, dan ketika hal itu hilang juga no worries. Excusesnya bisa beli lagi atau “Ah nggak penting ini.” Lalu, bagaimana dengan hal yang penting? Jelas, karena dia penting, maka, dia akan ditaruh di tempat yang bisa dia lihat selalu. Biar apa? Ya biar nyarinya gampang. Nggak peduli kapan dibutuhkannya, beberapa tahun kemudian mungkin misalnya. Hal yang penting tadi akan disimpan di tempat yang selalu dia lihat agar mereka bisa ngambil itu ketika membutuhkannya lagi.

Pertanyaan selanjutnya, apakah barang yang penting buatmu? Sehingga kamu bisa ambil dia setiap saat dan nggak pernah mau kehilangan? Kalo pribadi sih gunting kuku. Di kamar, aku taruh gunti kuku itu dekat rak bukudi temapt alat tulis. Lagi butuh atau tidak, aku akan selalu liat gunting kuku itu. Lumayanlah, sudah beberapa tahun nggak ilang. Karena, percaya atau tidak, barang dan pemiliknya akan punya chemistry atau hado ketika kita sudah lama bersamanya dan mengurusnya dengan baik. Mangkanya banyak kejadian, orang gelisah dan nggak bisa tidur ketika misalnya, selimut kesayangannya lupa dibawa ketika pergi ke suatu tempat.

Lalu, bagaimana dengan orang-orang yang dulu sempat kamu anggap penting dan selalu kamu ‘taruh’ di tempat yang mudah terlihat? Apakah akan terus berada disana ketika ada orang lain yang sudah kamu pilih untuk menggantikan tempatnya? Atau akan kamu simpan disana terus karena merasa akan membutuhkannya suatu hari?

Manusia, sayangnya, jangan pernah disamakan dengan gunting kuku. Konstruksi batin manusia lebih rumit dari apapun di dunia ini. Jangan pernah memaksakan perasaan manusia dengan apapun pokoknya. Walaupun kita berbagi kesamaan gen 75 persen dengan cacing dan 97 persen dengan orangutan, tetap, yang tiga persen itu yang bikin manusia paling susah merekonstruksi batinnya sendiri (Partikel, Dee).
So, please, do not ever play with human feelings. Ever.

Mangkanya penting itu namanya menjaga perasaan orang lain. Pernah denger orang sakit hati bertahun-tahun sama orang sampai yang dibenci ini akhirnya sakit? Banyak itu. Perlakuan buruk kita di hari-hari yang lalu itu investasi balasan di hari kedepan. That’s why kita harus jaga silaturahmi.

So, then, do not ever replace the thing that you still need even that thing hurt you. Percaya deh, emosi dan pendeknya pikiran adalah alasan utama mengapa banyak orang menyesal dalam hidupnya.



No comments:

Post a Comment